Tuesday, January 10, 2006

(Opi) Jangan Meninggalkan Generasi yang Lemah (TRUE STORY)

Jangan Meninggalkan Generasi yang Lemah (TRUE STORY)

"Rabbana hablana min azwajina wadzurriiyatina qurrata 'ayun waj'alna lil muttaqina imaama"

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. 25:74)

Bertolak dari ayat di atas kiranya bisa dipahami bahwa Allah sudah mentakdirkan manusia mempunyai kecenderungan untuk mempunyai keturunan atau generasi yang paling tidak lebih baik dari dari sekarang. Oleh kerananya sudah menjadi tugas generasi sekarang untuk mempersiapkan secara baik generasi yang akan datang. Bermakna solusi dari semua itu ialah menyiapkan pendidikan yang up to date yang selalu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Rasulullah SAW dalam beberapa riwayat juga menyirat hal yang sama agar kita selalu menyiapkan generasi kita yang sesuai dengan perkembangan jaman berbekal Imtaq dan Imtaq yang memadai sehingga bisa menjadi manusia paripurna di segala jaman. Berbakti kepada orang tua, negara dan agamanya.

Namun demikian kenyataan tidaklah semudah membalik tangan. Pengalaman penulis ketika bekerja di perusahaan multi nasional PMA yang didirikan oleh TMG seorang pengusaha pribumi membuktikan bahwa seorang tokoh kaliber nasional sekalipun ada yang tidak mampu alias gagal dalam menyiapkan generasi penerusnya.

Latar belakang TMG sendiri adalah dari kalangan bawah, pernah menjadi tentara saat revolusi fisik dan selanjutnya memilih keluar untuk melanjutkan pendidikan setelah periode orde lama. Bakat kewirausahannya sangat menonjol sehingga mendapat beasiswa kesempatan untuk melanjutkan study ke LN.

Sepulang dari LN mendirikan perusahaan dan beberapa kali jatuh bangun sampai akhirnya berpartner dengan mitra LN tempat belajar. dan berkembang pesat. Sebagai seorang muslim taat TMG sadar betul akan pentingnya pendidikan. Di perusahaannya didirikan semacam lembaga pendidikan atau training center yang selain mendidik para karyawannya juga menerima trainee dari berbagai macam perusahaan. Hal ini selaras dengan prinsip perusahaan yang selalu menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman. Penulis sewaktu bekerja di sana juga beberapa kali mengikuti kursus di lembaga pendidikan tersebut.

Semasa kepemimpinan perusahaan dijabat oleh TMG perusahaan berkembang dengan pesat. Dengan leadership dan karakter yang kuat membuat TMG cukup disegani oleh mitra LN yang turut bekerja di perusahaan tersebut. TMG selalu menanamkan kedudukan yang sejajar antara staff lokal dan expat. Selain aktif sebagai pengusaha TMG juga pernah duduk di kursi DPR semasa orba. Kerana aktif sebagai politisi non partai pemerintah beberapa kali usaha business nya dicekal oleh pemerintah orba saat itu. Namun berkat keuletan dan kepemimpinanya yang kuat bisa melalui nya dengan selamat. Target utama TMG bermitra dengan LN adalah suatu saat akan mandiri dan lepas dengan mitra LN dengan mengandalkan seluruhnya staff lokal.

Di mata para karyawan, TMG boleh di kata sangat dicintai karyawan. Hampir semua kebijakannya sangat adil dan selalu mengutamakan karyawan. Karena menganggap bahwa karyawan adalah asset yang harus selalu dijaga dan dirawat. Segala fasilitas pokok untuk karyawan disediakan seperti perumahan, transportasi, kesehatan, dll. Pernah suatu ketika ditanya kenapa tidak banyak merekrut tenaga ahli (Engineer) di perusahaannya, dijawab, "dari pada saya mengangkat (memberi makan) 1 orang engineer lebih baik saya mengangkat (memberi makan) 5 orang lulusan SMA". Dari lulusan SMA saya bisa menciptakan sekelas engineer. Begitulah kiranya pemahanan beliau ini bahwa beliau lebih bangga bisa menghidupi 5 orang dengan gaji 500 ribu sebulan daripada 1 orang engineer dengan gaji 2.5 juta per bulan. Dalam kondisi sulit pun TMG tidak ada niat sedikit pun untuk melakukan PHK. Kondisi jeda waktu sepi order dimanfaatkan untuk pendidikan para karyawannya dan dengan melakukan penghematan dengan memotong gaji karyawan semua level.

Namun demikian rupanya Allah SWT berkehendak memanggil hambanya TMG lebih cepat. TMG meninggal karena sakit di usia 54 tahun. Selanjutnya kepemimpinan perusahaan digantikan oleh orang lokal kepercayaan beliau. Hal ini kerana putranya masih belajar di LN dan belum cukup usia dan pengalaman untuk memimpin sebuah perusahaan multi nasional.

Sekembali dari LN setelah lulus putra TMG mulai magang di perusahaan, dan 5 tahun kemudian diserahi tampuk kepemimpinan. Setelah kendali dipegang sang putra, mulai masuk para engineer baru untuk mensupport usahanya, dan mengangkat para kolega (kroni) nya untuk memegang posisi penting yang notabene tidak pernah berkeringat dalam membesarkan perusahaan. Kondisi ini sebenarnya cukup menyakitkan para karyawan mengingat banyak kader handal di internal perusahaan yang tidak dimanfaatkan.

Singkat kata kemudian, jalan perusahaan sudahlah tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan almarhum TMG. Bahkan kemudian saham TMG di perusahaan semakin berkurang dan segala kebijakannya didominasi mitra LN nya. Ini kerana kepemimpinan sang putra yang sangat lemah, juga sebagian besar top manajemen dijabat oleh koleganya yang notabene alumnus LN yang semua kebijakannya kurang berpihak kepada karyawan. Dalam perkembangan beberapa fasilitas untuk karyawan tingkat bawah seperti perumahan dihilangkan.

Kalau dilihat dari kacamata busines memang kondisi perusahaan secara kesluruhan dalam kondisi baik dan berkembang, namun bila ditengok dari kacamata seperti yang ditarget kan oleh almarhum TMG boleh dibilang GAGAL.

Kisah ini murni opini pribadi dan berdasarkan pengalaman penulis sebagai refleksi bahwa seorang tokoh kaliber nasional pun GAGAL dalam mempersiapkan generasi penerusnya, bagaimana dengan kita yang orang biasa ?? Wallahualam.

Salam

0 Comments:

Post a Comment

<< Home